Antara Aku, Kamu Dan Dia
Oleh: Tia Cahya Ningrum
Dira adalah cowok yang baik dan
pintar. Selain baik dan pintar Dira juga tampan. Banyak cewek-cewek yang
mengaguminya termasuk aku. Aku sering melihatnya di lapngan basket saat dia
berlatih. Badannya yang kekar membuat cewek-cewek terpukau.
Aku tidak sekelas
dengan Dira, dia ada di kelas XI IPA1 sedangkan aku di XI IPA2. Ingin rasanya
dekat dengan Dira, atu mungkin hanya sekedar teman SMS saja juga sudah cukup
untukku. Suatu hari aku
lagi online Facebook. Tiba-tiba Dira nge-chat
aku. Sungguh rasanya seperti mimpi. Aku senang sekali. Tapi ternyata tujuan Dira
nge-chat aku, dia hanya ingin mencari
tahu tentang teman sekelasku yang bernama Abel. Seketika aku langsung terdiam,
dan tidak bisa berkata apapun. Dira menitip salam padaku untuk Abel. Aku
menjawab chat dari Dira dengan jutek
sekali. Keesokan harinya
saat aku di kelas. Aku sampaikan salam Dira pada Abel.“ Abel..” sapaku“Apa? ” jawab Abel“Ada salam dari Dira “ kataku dengan wajah sinis.“ Oh ya! Beneran? “ kata Abel.“ Hhhmmmppffh .. “ jawabku dengan singkat. Aku pun langsung
pergi meninggalkan Dira. Aku kesal kenapa
harus Abel yang mendapatkan itu. Aku langsung bergegas pergi ke lapangan basket
untuk menemui Dira. “ Dira .. “ panggilku.“ Apa? “ kata Dira.“ Aku sudah sampaikan salammu pada Abel “.“ Ok, makasih ya “ sambil tersenyum padaku. Detik berganti
menjadi menit, menit berganti menjadi jam, dan jam berganti menjadi hari. Rasa
ini pun semakin kuat untuk memiliki Dira. Saat ini aku sudah tidak tahu
bagaimana kelanjutan Abel dan Dira. Meskipun aku dan Abel satu kelas bahkan
kita juga akrab, namun aku tak pernah tanya tentang Dira padanya. Bel pulang
sekolah akhirnya berbunyi. Aku dan teman-teman yang lain berhamburan keluar
kelas. Aku langsung bergegas pulang menuju rumah. Jarak rumah dan sekolahku
tidak terlalu jauh, maka dari itu aku putuskan untuk berjalan kaki. Saat di
jalan aku bertemu Abel dan Dira.Mereka tidak menyapaku, entahlah mereka tidak
melihatku atau bagaimana, namun yang jelas aku tidak mau berfikiran negative
tentang mereka. Sesampainya
dirumah, aku langsung masuk kamar dan termenung sendiri. Tiba-tiba Ibu masuk
kamarku dan mengintrogasiku.“ Kamu kenapa nak? “ kata Ibu“ Aku tidak apa-apa bu “ jawabku“ Tapi, kenapa wajahmu sedih begitu? “ Tanya Ibu.“ Ah, itu perasaan Ibu saja mungkin”. Aku baik-baik saja
kataku pada Ibu, dengan tersenyum.“ baiklah, jika kamu benar baik-baik saja. Jadi Ibu tidak
khawatir lagi “. Jawab ibu sambil meninggalkanku. Selalu saja Dira
yang terlintas di otakku. Namun aku sadar, aku bukanlah cewek yang sempurna dan
aku pun tidak pantas untuk memiliki Dira. Lagipula mana mungkin Dira mau
denganku. Pikiranku semakin kacau. Aku semakin menyerah untuk memiliki Dira,
karena aku fikir itu semua tidak mungkin terjadi. Dan aku akan berniat
melupakan Dira, dan merelakan Dira untuk Abel. Suatu malam
tiba-tiba hpku berbunyi. Aku langsung mengambil hpku yang terletak di tempat
tidur. Ternyata ada SMS masuk, dari nomer yang tak aku kenal.“ Hai…” kata dia yang mengirim sms itu.“ Siapa?” jawabkudi SMS“ Ini aku Dira. Kamu lagi ngapain?” balasnya. Aku benar-benar
nggak nyangka Abel akan SMS aku. Malam itu juga Abel ngajak aku makan. Tanpa
aku pikir lama aku langsung menerima ajakan Dira. Beberapa jam
kemudian Abel datang kerumah dan langsung ngajak aku makan di tempat yang
romantis. Tempatnya romantis sekali, dengan lampu remang-remang.
“ Kita
makan disini” kata Dira
“ Baiklah” jawabku Makan malam yg
sungguh berkesan dalam hidupku. Semua ketakutan-ketakutan pada makhluk yang
bernama laki-laki seketika menghilang sejenak. Di akhir
makan malam hati ku deg..deg..gan!!, badanku gemetar, sikapku salah tingkah,
dan wajahku memerah. Ketika Dira tiba-tiba menyatakan perasaannya kepadaku.. “ Ran(namaku)....maukah kamu menjadi
kekasihku” ungkap Dira “aku janji aku tidak
akan menyakitimu, aku sayang padamu. kamu jangan takut aku akan meninggalkan
kamu, please!! Jawab Ran??” Dira terus meyakinkan aku karena aku hanya diam dan
binggung mau menjawab apa. Akhirnya aku
putuskan untuk menjawab pertanyaan Dira beberapa hari lagi. Yang jelas aku
masih butuh waktu untuk memikirkan hal itu. Semua yang
tergambar malam itu hanyalah sebuah kebahagiaan. Setelah makan, Dira
mengantarku pulang. Sepulang makan malam dengan Dira, aku langsung merobohkan
tubuhku ke tempat tidur. Sepanjang malam
kupikirkan sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan 2 wib. Entah apa saja yang
kupikirkan malam itu, sehingga membuatku tidak bisa tidur. Yang ada di bayang-bayangku
hanya ada Abel dan Dira. Aku nggak habis pikir kenapa Dira bisa seromantis ini
dan apa benar dia menyayangiku, padahal yang aku tahu selama ini dia dekatnya
dengan Abel bukan dengan aku. Hari berganti
hari tidak terasa sudah satu minggu peristiwa makan malam itu ku lewati. Dan
aku juga merasa ada yang aneh, sudah tiga hari Dira tidak menghubungiku lagi.
Dalam hati aku selalu bertanya-tanya kenapa Dira menghilang begitu saja tanpa
pesan seperti ini. Aku coba untuk santai dan tetap tenang meskipun sebenarnya
dalam hati ini aku selalu bertanya-tanya dimanakah dia sekarang ini. Dua minggu
berlalu aku baru tahu apa alasannya Dira pergi tanpa pesan seperti ini. Hatiku
hancur ketika aku tahu ternyata Dira dan Abel sudah berpacaran. Di
dalam keterpurukanku aku masih bersyukur karena masih ada teman-temanku yang
masih setia menemaniku dan memberiku semangat untuk bisa melewati semua ini.
Meski dalam hati ini ingin ku sampaikan kemarahanku kepada Dira yang telah
menggoreskan luka di hatiku. Kini aku hanya bisa menyesali kenapa aku bisa
hadir dalam kehidupan Dira jika pada akhirnya Dira hanya bisa menorehkan luka
di hatiku.